
Kritik Aksi Massa Mahasiswa Kekinian
Oleh : Abdullah Faiz
Dalam dunia demokrasi istilah aksi massa bukanlah hal yang aneh, karena sudah menjadi keharusan bagi rakyat untuk mengingatkan pemimpinya apabila terjadi kebijakan yang nyeleneh dan merugikan rakyatnya. Dalam peta perpolitikan Negara demokrasi, pemimpin adalah wakil rakyat yang diangkat oleh rakyat dan seharusnya menjadi pelayan bagi rakyat. Sehingga sudah menjadi kewajaran bila kebijakannya harus memihak pada rakyat.
Aksi massa setelah sekian lama hampir 23 tahun masa reformasi, banyak sekali kegalauan dan kegundahan rakyat terhadap gerakan mahasiswa. Mahasiswa yang dikampanyekan sebagai agent of change sedikit demi sedikit menjauh dari kenyataan yang ada, para Mahasiswa lebih senang dan bangga duduk cantik di pusat pembelanjaan atau di tempat kopi elite yang begitu gemerlap syahdu dan jauh dari jeritan kesulitan hidup rakyat kecil. Disana mereka bebas bersuara membicarakan artis idola, film korea terpopuler serta trend atau model fashion yang baru. Tidak ketinggalan perkumpulannya di bumbui dengan mengghibah salah satu temanya. Disisi lain gerakan mahasiswa tersandra dengan biaya kuliah yang sangat mahal sehingga lulus tepat waktu adalah impian nomer wahid sehinga tidak berani bersikap kritis.
Wabah penyakit itu juga menyerang para Mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan. Prestasi kemahasiswaan saat ini adalah ketika mereka berhasil mendatangkan artis papan atas sehingga tidak ada bedanya dengan event organizer . sekarang bisa dihitung dengan jari tangan berapa banyak organisasi mahasiswa yang masih tetap berada di rel dasarnya. mengasah intlektual muda yang mampu memperjuangkan keadilan dan hak hak rakyat kecil yang terampas dan terdzholimi.
Gerakan mahasiswa di Indonesia punya sejarah masa lalu yang tidak bisa dilupakan . Dikenal dengan ”zaman bergerak” dimana peran para intlektual muda mendorong gagasan baru dalam dunia pergerakan bisa membawa pada kesadaran politik kerakyatan. Dari sini mulailah rakyat terbentuk dan terorganisir menjadi satu tujuan bercita-cita sebagai rakyat yang merdeka. Bagaimanapun gerakan mahasiswa harus tetap dalam barisan rakyat, dan sebaliknya gerakan rakyat harus bergandengan erat dengan barisan mahasiswa .
Selain itu gerakan mahasiswa seharusnya mulai menata ulang arah gerakannya, dengan cara belajar dari perjuangan gerakan mahasiswa masa sebelumnya. Mereka harus bersikap tegas dalam kajian-kajian sehingga tidak plonga-plongo saat dilapangan, dan tidak hanya riuh bergerak dalam dunia maya, akan tetapi tidak berani dalam aksi nyata. Bisa dikoreksi dengan mobilisasi masa yang menarik bagaimana kira kira para member rebahan bisa menyadarkan dirinya bahwa indonesia sedang tidak baik baik saja. Artinya gerakan mahasiswa selain berkutat pada teori, mereka juga harus membumi melalui pendekatan sosial yang sholih demi menciptakan kesadaran politik pada massa dan keyakinan atas kebenaranya.
Gerakan aksi massa penolakan omnibus law dinilai lebih sedikit dibandingkan gerakan penolakan RKUHP September lalu, padahal bila dilihat resiko dalam implementasinya lebih mengerikan Omnibus law tapi mengapa gelombang massa justru lebih sedikit dan tidak menarik. Apakah kita lebih nyaman dengan makan siomay dibawah pohon rindang sambil main tik tok. Tentu saja ini merupakan pekerjaan rumah (PR) bagi kita semua. Dalam hal ini menjadi sangat penting untuk melakukan berbagai kajian demi memperkuat dan memperluas kesadaran massa. Kebijakan pemerintah yang masih terjerat dalam politik dan pemodal kapitalis membuat konflik yang melibatkan rakyat akan terus terulang.