
Menjelang pergantian pimpinan organisasi kemahasiswaan Universitas Islam Negrei Walisongo Semarang, membuat beberapa elemen mahasiswa mulai sibuk mengadakan pembahasan serius guna ikut andil dalam fenomena tahunan ini. Diawali dengan Sema Universitas yang beberapa minggu lalu sudah mengadakan sidang pembahasan terkait pelaksanaan pemilihan mahasiswa, Rektorat yang ikut berpartisipasi dengan beberapa masukannya. Juga beberapa DPW partai yang sudah mulai mengadakan kongres.
Berbicara perihal kampus yang “katanya” sebagai miniatur negara, pada kesempatan kali ini coba akan kita bahas ihwal agenda pmilwa dekat-dekat ini. Pemilwa merupakan ajang kontestasi, menjadi momentum besar bagi mahasiswa secara umum dalam menyambut itu sebagai salah satu pembelajaran yang serius, yang kemudian berangkat dari itu dirasa penting untuk ikut andil secara aktif dalam setiap jadwal pelaksanaanya. Nuansa Demokrasi yang tertuang pada pemilihan umum, bukan lain adalah memang diciptakan untuk menjadi wahana pembelajaran. Memupuk partisipasi, sadar atas pengawalan dan pengawasan menjadi unsur penting dalam pelaksanaan berdemokrasi secara masif dilingkungan kampus.
Namun tidak dipungkiri, dalam pelaksanaanya dewasa ini, banyak dinamika-dinamika permasalahan yang menghambat orientasi Study Goverment bagi mahasiswa secara menyeluruh. Bergeser dari sekadar agenda pemilwa, Ada beberapa catatan serius yang terlebih dahulu harus didiskusikan ulang oleh aktivis mahasiswa pada umumnya dan elemen partisipan pada khususnya dalam mengingat fenomena-fenomena kemahasiswaan yang terjadi dalam civitas akademika dewasa ini. Partisipasi yang menurun, apatis yang kian hari kian menggunung, menjadi problematika yang serius, dalam plaksanaan tugas organisasi kemahasiswaan akhir-akhir ini.
Sekilas memang tidak begitu kentara dan bahkan dirasa sekilas memang tidak banyak berdampak buruk. Entah hal demikian karena memang secara doktrin kampus adalah tempat perlombaan siapa lulus tercepat, atau siapa ipk terbanyak, sehingga semangat good goverment sebagai tolak ukur pembelajaran dalam sosial kemasyarakatan didunia kampus jauh dikesampingkan, atau memang hal demikian itu tidak penting keberadaanya untuk diperdebatkan. Namun sebenarnya juga tidak semata-mata demikian. Kampus yang menjadi pandangan bagaimana nanti Negara kedepan, sebenarnya juga menjadi problem yang serius atas penurunan partisipasi mahasiswa dalam memaknai pemilwa dan tata kelola ormawa sebagai wahana study goverment.
Penurunan atas kesadaran diatas itu, dalam contoh kecil adalah dengan beberapa agenda kemahasiswaan yang sepi partisipan beberapa tahun belakangan ini, beberapa organ kemahasiswaan yang tidak produktif, disorientasi, dan masih banyak lagi. Faktor-faktor yang melatar belakangi fenomena ini harus segera didiskusikan untuk dipecahkan akar masalahnya, harus ada identifikasi secara tepat pada temuan permasalahan-permasalahan, yang pengkajian ini dilakukan secara menyeluruh sehingga ditemukannya faktor-faktor permasalahan yang lengkap.
Hal yang mungkin terjadi pada tataran mahasiswa secara umum dalam menjadi faktor permasalahan diatas adalah minimnya kesadaran atas partisipasi, yang ditengarai hal demikian terjadi sebab padatnya jadwal kuliah yang kemudian imbas dari itu minimnya peluang mahasiswa untuk secara leluasa explore mencari pembelajaran diluar kelas, terlebih sistem perkuliahan yang terpasung oleh absensi yang kemudian oleh itu juga, berdampak pada pemahaman masiswa bahwa segala yang lebih penting diatas pembentukan kapasitas adalah jumlah hadir dalam kelas. Terkesan sepele, namun bukan barang yang bisa kita kesampingkan untuk menjadi bahan diskusi. Belum lagi bicara tanggungan mahasiswa dalam memenuhi biaya kuliah yang kian melambung, yang kemudian itu juga menjadi persoalan serius, akan fungsi Lembaga Pendidikan dalam ikut serta mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan Bangsa.
Beralih dari mahasiswa secara umum, adalah aktivis mahasiswa yang mengambil peran dalam menjalankan dan menerapkan fungsi kelembagaan organisasi mahasiswa. Banyak hal yang berkemungkinan terjadi dari ranah ini, mengingat posisinya yang berada ditengah antara kepentingan mahasiswa secara umum dengan birokrasi yang memegang kebijakan. Perlahan kita ulas, mengingat tata ormawa itu sebagai miniatur negara, dalam pelaksanaanya senada dengan kesadaran good goverment, beberapa dari mereka terkesan lalai dalam menyerap dan memperhitungkan kebutuhan yang paling mendasar bagi mahasiswa secara umum, sehingga tidak heran dalam setiap agenda menjadi sepi partisipan dikarenakan dalam perencanaannya salah dalam membidik kebutuhan, yang padahal itu adalah hal yang seharusnya selesai sejak awal sebelum mengambil peran yang demikian. Lebih lagi kita bahas, juga terdapat problematika yang menyangkut posisi birokrasi, dimana dalam sistem pelaksanaan yang ditetapkan terkesan rumit, kaku, dan memang secara sifat, sistem tersebut kurang mendukung dalam setiap pelaksanaan/penyelenggaraan fungsi kelembagaan ormawa itu sendiri.
Mengingat apa yang tersampaikan diawal, pemilwa kali ini harus dimaknai juga sebagai ajang evaluasi bersama, sehingga pasca pemilwa apa yang menjadi problematika kian membaik. Karena akan sangat disayangkan apabila momentum ini hanya dimaknai sebatas perebutan kekuasaan dan mengkesampingkan pembelajaran yang lebih luas lagi. Mengingat filsafat politik go to good to public good, politik adalah bagaimana kita menciptakan kebaikan untuk masyarakat, bukan sekedar mencapai kekuasaan, kepentingan umum harus tetap menjadi tujuan, dengan tata kelola ormawa oleh yang mampu, dan dukungan dari seluruh yang bersangkutan.
Hidup Mahasiswa !
Salam Pergerakan !
Penulis : Fathul Munif (Pengurus PMII Rayon Syariah)