Karya : Abdit At-tsaury *
Benarkah itu cinta, yang tak tercampur dusta
Benarkah itu rindu, yang bukan hayalan semu
Atau hanya jerat kata, agar hati ini percaya
Hanya peranan sandiwara, hingga seolah semua tampak nyata
Saat kehormatanku terenggut, kalian berbuat apa
Saat aku ternoda, kalian malah berebut harga
Aku mendurja diujung nestapa
Dulu aku kaya dan berwibawa,
Tak satupun hawatir akan apa yang ada
Keindahan dan kekayaan adalah aku di masa itu
Bahkan pujian padaku pun tak terhingga
Namun kini, tuk menyuapi anak-anakku aku tak mampu
Memintarkannya aku tak berdaya
Melindunginya aku tak kuasa
Kini apa, tubuhku di persembahkan dan dinikmati wangsa asing
Kehormatanku direnggut, kekayaanku di rampasnya
Aku ditelanjangi dihadapan anak-anakku
Aku menangis, seakan tiada beda
Aku memberontak, aku tak bertenaga
Aku teriak, suaraku hampa dalam gema
Dihadapan kalian ini semua tiada makna
Suara atas diriku bak suara minor semata
Rupanya…
Anakku, menjadikanku pelacur pemuas pengusaha
Anakku, mereka rela menjualku untuk suatu harga
Anakku…
Di hadapanku mereka menyanjungku tiada tara
Di hadapanku berkata iba dengan kata cinta
Di pangkuanku pamerkan masa depan bersama
Aku layaknya ibu tua,
Membuka mata sayup dihadap senja
Aku ibu tua yang tak henti berdo’a anaknya bahagia
Hari ini namaku masihlah “pertiwi”
Ibu tua yang masih mencoba berdiri
Ingatlah aku
Aku pertiwimu
Aku pertiwimu