Oleh Nur Ulin Naturrofiqin
Ucapan belasungkawa telah mengalir deras tidak hanya dari dalam negeri, berbagai negeri sahabat juga turut mengucapkan belasungkawa, atas kepergian bapak teknologi Indonesia, sekaligus presiden ke-3 Republik Indonesia Bachruddin Jusuf Habibie. Di mata mereka Habibie bukan hanya sebagai tokoh nomor satu di Indonesia tahun 1998 tapi juga tokoh yang sangat menginspirasi.
Perdana Menteri Malaysia Dr Mahathir Mohamad melalui akun Twitter-nya menyebutkan kepulangan Bj Habibie merupakan kehilangan besar, ia pun menyampaikan takziah kepada keluarga Habibie serta seluruh warga Indonesia.
Ucapan duka-cita juga datang dari Dubes Inggris dari Owen Jeknis menyebut Habibie sebagai “ negarawan dan sahabat Inggris”. Ucapan lain juga datang dari Dubes Denmark untuk Indonesia. Ramsus A Kristensen yang akun Twiterrnya memasang tagar #Indonesiaberduka #bjhabibie.
Duta Besar Australia juga mengucapkan duka-cita untuk Indonesia Gary Quinlan atas kepergian Habibie. Presiden Republik Indonesia ke-3 akan di kenang berkat keberanianya dalam transisi Indonesia menuju demokrasi, dan semangat serta dorongan inovatifnya dalam mempromosikan teknologi Indonesia.( Kompas, 12/09/2019)
Habibie atau BJH panggilan akrabnya ia mampu menjawab keraguan rakyat atas dirinya sebagai bayang-bayang Soeharto sebagai pendaulunya. Ia memihak kebebasan pers, dimana saat orde baru sempat terjadi pembredelan tabloid detik serta majalah tempo. Pada masa Soeharto kebebasan pres masih dikendalikan oleh pemerintah melalui mekanisme surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP). Setiap saat media media massa yang dinilai melanggar oleh pemerintah bisa saja SIUPP-nya dibredel atau dicabut.
Pria yang didik di negara yang sangat menjunjung tinggi kemerdekaan pers membuat dirinya berfikir bahwa kemerdekaan pers merupakan hal penting. Saat pembukaan kongres ke-20 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Semarang, Jawa Tengah, Oktober 1998. Ia berbicara bahwa negara modern memerlukan kemerdekaan pers serta negara tidak boleh ikut campur tangan dalam masalah pemberitaan. Pemerintah tidak akan mengarahkan, memberi petunjuk atau menelpon redaksi media massa tentang berita mana yang harus disiarkan dan yang tidak.
Pemikiran BJH tentang kemerdekaan pers serta negara modern tertuang dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers. Konsideran Menimbang UU pers menegaskan, “(a) bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis, sehingga kemerdekaan mengeluarkan pemikiran dan pendapat sebagaimana tercantum dalam pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 harus dijamin”.
Guru Bangsa
Habibie merupakan manusia multidimensi yang berjuang mengorbankan banyak waktu dan tega untuk Indonesia. Kita bisa menyebunya sebagai seorang teknorat yang jenius dengan jiwa religius; seorang pekerja keras tapi suka bercanda; seorang yang gila tekhnologi tapi bisa berpuisi. Kesemuanya adalah bentuk pengabdianya, lepas dari kekuaranganya sebagai manusia.
Sebagai seorang ahli teknologi, kecerdasanya serta kepakaranya dalam tekhnik penerbangan ia pun mempersembahkan karyanya untuk Indonesia, pesawat CN-235 yang banyak di ekspor ke Nepal, Senegal, Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Turki, serta Uni Emirat Arab. Habibie merupakan seorang saintis yang bertanformasi sebagai intelektual publik, yang gigih mengartikulasikan usaha-usaha melambungkan harkat bangsa melalui penguasaan ilmu dan tekhnologi
Sebagai seorang yang religius ia tampil sebagai wajah islam yang cerdas dan toleran. Ia adalah pemeluk islam yang taat, baginya agama bukan hanya sekedar keyakinan. Namun adalah cerminan dari tingkah laku, laku hidup: akhlak mulia.
Sebagai seorang tenktorat, habibi menduduki berbagai jabatan, yang membuatnya disebut “supermister” di masa pemerintahan Soeharto. Kedudukan strategisnya dalam tekno-ekonomi mendorongnya mengembangkan ekonomi baru, dimana keberlangsungan ekonomi Indonesia tidak digantungkan lagi pada prinsip “ keuntungan komperatif” semata, yang didasarkan pada sumber alam yang berlimpah dan buruh murah. Alih-alih keberlangsungan ekonomi harus didasarkan pada prinsip “keuntungan kompetitif” yang didasarkan pada nilai tambah dari teknologi tinggi dan ketersediaan tenaga kerja yang terdidik dan terlatih. ( Kompas, 12/09/2019)
“ jangan terlalu banyak diskusi, jangan cengeng, tetapi terjun ke proses nilai tambah yang konsisten, pasti Indonesia akan terkemuka di asia tenggara dan dunia”. (BJ Habibie) merupakan kata yang di amanahkan Habibie kepada pionir-pionir bangsa.
Diskusi memang bagus namun jika ide itu hanya berhenti dalam pikiran dan ucapan tiada lain hanya sebatas bunyi-bunyian yang bergema tanpa arti. Ia tidak akan berbeda dengan suara lolongan anjing. Ide itu harus bisa terjun dalam ranah proses( bentuk). Sebab seekor anjing bisa membuat takut orang asing karena dalam lolonganganya disertai tindakan pengejaran yang membuat orang bisa lari terbirit-birit.
Ide itupun mestinya harus ada tindakan, seperti halnya pemikiran Habibie waktu itu yang menganalogikan Indonesia ibarat pesawat yang sedang mengalami stall (kehilangan daya angkat) dan menukik tajam kebawah. Habibie berfiir lugas bahwa tidak ada alternative lain bagi pesawat ( Indonesia) kecuali dengan menghentikan stall dan mengangkatnya naik kembali.
Pada tahun 1990-an Indonesia mengalami inflasi besar-besaran, nilai tukar kurs waktu itu mencapai 16.000, Habibie pun mampu membenahi itu. Inflasi yang mencapai 80 persen mampu diturunkan hingga menjadi 2 persen, nilai kurs dolar terhadap rupiahpun turun menjadi di bawah 10.000, suatu saat penah turun hingga 6.500, sesuatu hal tidak bisa dicapai kembali sesudahnya hingga kini.
Melalui ajaranya tentang cinta ilmu teknologi, tentang penting nya prinsip ilmu tambah, tentang perlunya kebebasan pers dan iklim demokrasi, adalah salah satu guru bangsa bahkan ia menjadi guru bangsa yang actual dan relevan tatkala Indonesia masih harus mencari jalan untuk mencapai kejayaan.
Lantas bagaimana sikap kita sebagai pionir bangsa?, sebagai generasi penerus perjuangan Habibie?, Habibi telah banyak berjuang untuk bangsanya dan untuk masa depan kita, ia telah memberi contoh untuk kita supaya belajar. Ia telah mengabdikan dirinya untuk kemajuan Indonesia, negara sahabat pun mengakui akan itu.
Mengutip dari BJ Habibi, “ kalau bukan anak bangsa ini yang membangun bangsanya, siapa lagi?. Jangan saudara berharap orang lain datang membangun bangsa kita.”