image from: Cinta Desa Google+
image from: Cinta Desa Google+


Oleh : Alina Chelens*

Perempuan secara etimologis berasal dari kata empu yang berarti “tuan”, yaitu orang yang mahir atau berkuasa, kepala, hulu, yang paling besar. Namun dalam buku karangan Zaitunah Subhan, pengertian perempuan juga berasal dari kata empu yang artinya dihargai. Lebih lanjut Zaitunah menjelaskan pergeseran istilah dari wanita ke perempuan. Kata wanita dianggap berasal dari bahasa Sanskerta, dengan dasar kata Wan yang berarti nafsu, sehingga kata wanita mempunyai arti yang dinafsui atau merupakan objek seks.

Jadi, secara simbolik mengubah penggunaan kata wanita ke perempuan adalah megubah objek jadi subjek. Tetapi dalam bahasa Inggris Wan ditulis dengan kata want, atau men dalam bahasa Belanda, wun dan schen dalam bahasa Jerman. Kata tersebut mempunyai arti like, wish, desire, aim. kata want dalam bahasa Inggris bentuk lampaunya wanted. Jadi, wanita adalah who is being wanted (seseorang yang dibutuhkan) yaitu seseorang yang diingini.

Sementara itu feminisme perempuan mengatakan, bahwa perempuan merupakan istilah untuk konstruksi sosial yang identitasnya ditetapkan dan dikonstruksi melalui penggambaran. Dari sini dapat dipahami bahwa kata perempuan pada dasarnya merupakan istilah untuk menyatakan kelompok atau jenis dan membedakan dengan jenis lainnya.

Lalu seperti apa peran perempuan dalam realitas kesehariannya? Benarkah perempuan menjadi seperti yang di gambarkan menurut pendapat para ahli di atas? Atau justru perempuan hanya menjadi kelompok minor yang berada di bawah kendali kaum laki-laki?

Di akui atau tidak, di Indonesia perempuan seringkali mendapat porsi yang lebih sedikit dari laki-laki. Hal tersebut melingkupi berbagai sektor kehidupan: baik persoalan ekonomi, politik, dan lain sebagainya.

Dari kejadian tersebut juga, belakangan muncul kesadaran lain dari bebargai pihak yang memiliki kepedulian terhadap potensi perempuan yang tidak tersalurkan dengan baik. Kelompok atau individu yang memiliki perhatian tersebut mendorong perempuan untuk bergerak “bebas” tanpa harus takut oleh bayang-bayang kekuasaan laki-laki. Tidak harus takut dalam artian, kelompok atau individu ini mencoba menanamkan kesadaran kedalam diri perempuan bahwa mereka bisa melakukan hal yang sama seperti yang dikerjakan laki-laki.

Hal semacam ini, merupakan sebuah usaha untuk memberikan penyadaran kepada perempuan bahwa kemerdekaan dalam bertindak dan menentukan sikap pada segala sesuatu dimiliki oleh siapapun tanpa mengenal jenis kelamin.

Perempuan Tiang Negara

Ide atau gagasan semacam ini muncul dari mereka yang memiliki kepedulian terhadap perempuan. Perempuan yang selama ini seringkali hanya mengejakan hal-hal yang berurusan dengan rumah tangga, kemudian di ajak bersama-sama untuk andil dalam kemajuan sebuah Negara.

Hal sedemikain tidak bisa dengan mudah di benarkan, juga tidak bisa di salahkan. Sebab pada kenyataannya putra-putra bangsa lahir dari seorang ibu. Seorang ibulah yang kemudian dengan sabar mengajarkan kepada anak-anaknya apa makna pengabdian, pengorbanan dan budi luhur lainnya.

Berlandaskan dari beberapa hal diatas dapat diterima bila perempuan menganggap dirinya sebagai tiang Negara. Sebab, ada banyak hal yang selama ini perempuan lakukan terhadap kemajuan Negara.

Namun demikian, sampai detik ini masih banyak perlakuan yang kurang menyenangkan bagi perempuan, semisal pemerkosaan, dan kekerasan lain yang menimpa perempuan. Oleh karena itu, hari ini perempuan menerobos tembok yang tinggi yang selama ini mengekangnya, tanpa takut akan terjatuh dengan niat yang mantap mereka melakukan satu langkah perubahan kearah yang lebih baik(untuk dirinya dan tanah air). Sebab ketegasan seorang perempuan umpama benteng Negara dan Agama dari dirobohkan dan jua dibinasakannya.

*aktivis perempuan dalam dunia Intermizo dan pemimpi di negrri biru kuning