
Oleh: Sintia Indah Alami
Tak dapat dipungkiri bahwa semakin berkembangnya kemajuan zaman semakin dituntut kita bagaimana menghadapinya. Sebagai kader PMII, tidak mungkin juga kita mau dikatakan sebagai seorang yang “Kudet” atau ketinggalan zaman. Tidak mau juga dikatakan sebagai kader yang dengan kadar keilmuan yang mandeg disitu -situ saja tanpa adanya perkembangan kualitas dan kuantitas keilmuan.
Tidak dapat dicegah bagaimana arus perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan terus bertransformasi. Geliat kemajuan teknologi selalu menunjukkan eksistensinya. Bagaimana kita dapat melihat negara -negara diluar sana berlomba -lomba dalam kejutan teknologi. Bagaimana negara Jepang sudah menapaki era 5.0 sedangkan disini kita masih merintis 4.0 dengan tertatih- tatih.
Konsep Revolusi Industri 4.0 mengkonsepsikan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam penerapannya. Dimana banyak masyarakat beranggapan bahwa Industri 4.0 akan menggunakan mesin-mesin berteknologi canggih yang akan menekan jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga manusia. Namun kita bisa lihat bagaimana Jepang yang merasa dirinya kekurangan SDM hingga merintis ide dan konsep Society 5.0 dimana pada saat itu Jepang sedang mengalami sebuah tantangan berkurangnya populasi yang membuat penduduk/pekerja usia produktif berkurang, sehingga Jepang berusaha memperbaiki kondisi tersebut dengan menerapkan Society 5.0.
Melihat bagaimana Jepang berusaha beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang ada, melihat bagaimana Jepang mengatasi permasalahan yang ada, apa kita sebagai pejuang kader PMII tidak mau berusaha beradaptasi dengan perkembangan zaman?? Itu tantangan kita saat ini.
Berbicara tentang keintelektualan seseorang , juga memperbincangkan ilmu pengetahuan modern, kita tidak bisa mengesampingkan perkembangan dunia barat terutama Eropa sekaligus episentrumnya. Berawal dari wilayah benua inilah, seluruh kerangka paradigma filsafat, ilmu pengetahuan, dan sains terapan yang sekarang dikaji dan dipelajari di universitas-universitas seluruh dunia pertama kali dikembangkan, dan dalam gerak laju sejarahnya di kemudian hari, Eropa Barat menjadi kiblat pengembangan ilmu pengetahuan modern.
Gerakan revolusi intelektual bertajuk Renaissance dan Humanisme yang mempunyai andil dan tanggung jawab besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan modern tersebut, yang tumbuh pesat sampai saat ini. Lalu apakah dari dunia Islam tidak ada?? Bukan tidak ada. Tapi para kader muslim saat ini yang belum mau meningkatkan kualitas keilmuan mereka. Para kader ini yang merasa cukup dan berbangga diri dengan hanya ilmu pengetahuan dasar dan pengetahuan agama yang “cethek” .
Padahal dulu Eropa pernah mengalami masa yang disebut masa kegelapan, dan dunia Islam pernah berada dipuncak kejayaannya , pernah dimasa dimana langit dunia Islam penuh dengan gemerlap cahaya pengetahuan, pernah dimasa dimana dunia Islam merasakan angin sejuk ilmu pengetahuan. Ya bisa disebut pernah jadi guru besarnya bangsa barat meskipun sebentar . Lalu kenapa sekarang tertinggal?? Rasa berpuas diri dan tidak mau terus menggali potensi yang menyebabkan kekalahan ini. Dunia Islam kalah telak jika para kadernya terus menanamkan rasa berpuas diri terhadap keilmuan yang didapat dan “ mandeg” dalam berproses mempelajari hal – hal baru.
Padahal kalau kita menengok ke belakang , perkembangan dunia Barat tidak lepas dari peradaban Timur ( Asia Barat atau dunia Islam). Saya contohkan dengan yang paling sederhana, konsep angka nol. Dapat dijelaskan bahwa Nol (0) dalam konsep ilmu hitung Arab ditulis dengan titik (٠), namun untuk menghilangkan kesan bahwa ilmu hitung Eropa dipengaruhi oleh Islam maka diganti dengan simbol Nol (0). Secara lengkap urutan angka dari 1 s/d 9 dalam sistem Arab adalah: ٠١٢٣٤٥٦٧٨٩ merupakan konsep dasar bagi ilmu hitung aljabar yang mana kata al Jabbar diambil dari salah satu nama-nama indah (al Asma’ al Husna) Allah yang berarti Maha Perkasa. Bagaimana dunia barat berusaha terus melangkahi perkembangan islam dan menghapus kenangan bahwa dulu Islam pernah berkontribusi dalam perkembangan pengetahuan Barat. Ini hanya contoh sederhana penemuan ilmuwan muslim, masih banyak penemuan lain yang membawa pengaruh besar terhadap kemajuan peradaban saat ini.
Lalu bagaimana respon dunia Islam terkait ini?? Hahaha, saat ini para kader muslim hanya bisa saling mengklaim, saling merasa sangat berjasa dan berkontribusi. Padahal itu dulu, mereka mana ada ikut andil dalam memberikan kemajuan Islam. Sekarang mereka mengaku-aku tanpa merasa malu. Kalau saya bisa berada diposisi dunia barat saat ini ingin saya katakan padanya “ Eh.. kamu siapa?? Ngga kenal dan ngga tau apa- apa kok sok- sok an mengaku ini punyamu , karena jasamu dunia bisa berubah. ”. Hahaha, menyedihkan.
Bukankan sangat memalukan jika kita saat ini hanya mengaku-ngaku bahwa kemajuan peradaban saat ini adalah karena dunia Islam tanpa adanya kontribusi kita untuk ikut serta membangun peradaban? Kita hanya mengklaim dan menjelek-jelekan bangsa barat “ Weh bangsa barat mah dulunya murid orang muslim, ilmu dunia muslim dimusnahkan lalu diaku- aku oleh bangsa Barat “. Apa hanya itu saja yang bisa para kader muslim lakukan ? Tanpa mau melakukan perubahan dan gebrakan baru? Dimana etos intelektualitas yang dulu para ilmuwan muslim coba perjuangkan? Apa kita tidak malu hanya bisa mengaku-aku saja tanpa memberi bukti bahwa “ Ini kita, para kader muslim dengan jiwa dan semangat belajar hal baru dan semangat mengembangkan potensi diri dengan tidak pernah berpuas diri terhadap pengetahuan yang didapatkan ”. Apa kita mampu?? Mari kita mulai tanyakan pada diri sendiri.
Salam Pergerakan !!!
*Juara 3 lomba essai PMII Rayon Syariah dengan tema “Peran PMII di Tempat Pusaran Problematika Rakyat Indonesia”