
Berkat kegigihan dan perjuangan M Hafidz Hidayatullah (25), banyak aktifis yang tidak dipandang sebelah mata, dan selalu di pandang sebagai sosok yang ketinggalan dalam dunia akademis. Sebelumnya aktifis hanya terkenal sebagai sosok singa jalan pantura, dan tukang blokade jalan
Selama bertahun-tahun, aktifis di kampus mendapat citra yang tidak terlalu bagus di dalam akademis, ia identik dengan semester tua, sering titip absen, sering kontra dengan dosen (suul adab), dan banyak mengulang mata kuliah. Di luar itu, kaum aktifis terkenal gondrong, urak-urakan, sering demo, baka-bakar ban, dan ricuh, biasanya aktifis terkenal dengan gambaran buruk.
Tidak jarang orang tua yang melarang anaknya menjadi aktifis, sebab citra yang buruklah yang ia tahu dari seorang aktifis. Apalagi jika sudah berbicara nilai, maka aktifis akan mendapat peringkat sebagai juru kunci. Namun itu semua di patahkan oleh Hafidz Hidayatullah biasa akrab disapa Bang Dul, atau Sahabat Dul.
Sahabat Dul aktif sebagai anggota PMII rayon sayriah sejak semester awal hingga ia menyelesaikan studinya di semester ke-13. Baginya kuliah bukan tentang lulus cepat atau nilai yang baik, namun kuliah adalah tentang bagaimana kamu bisa mengamalkan tri dharma perguruan.
Banyak mahasiswa yang lupa dengan tri dharma perguruan ketika masuk ke perkuliahan, poin pertama ialah Pendidikan dan pengajan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Tanpa proses belajar yang baik, tentunya SDM unggul dan berkualitas akan minim dihasilkan dan tentunya akan berefek kepada proses pembangunan bangsa. Orang-orang hebat yang mengelola dan memberikan dampak kemajuan bagi Indonesia, tentu saja berawal dari proses belajar yang baik. Walaupun memang proses belajar tidak selalu di lembaga formal seperti perguruan tinggi, tetapi usaha belajar di perguruan tinggi harus benar-benar berkualitas dan memastikan hasilnya akan baik.
Selain itu, undang-undang dasar 1945 juga mendukung hal tersebut. Disampaikan bahwa negara harus ikut serta pada proses mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu, pendidikan dan pengajaran adalah poin penting yang harus dituju oleh perguruan tinggi.
Namun dalam realitanya, perkuliahan tidak lain dan tidak bukan hanya sebagai tempat untuk absensi, meminjam istilah Pak Agus ialah, nitip bokong. Dimana dengan sistem pembatasan absensi jika melebihi absen tiga kali maka nilai tidak akan keluar, ditambah lagi ada nilai kehadiran di dalam kontrak belajar sebuah kelas.
Mahasiswa dan kultur kampus yang berbasis pada penelitian dan pengembangan, akan menghasilkan SDM yang cerdas, kritis, kreatif, dan tentu tidak sekedar bekerja ketika nanti berada di lapangan karirnya. Untuk itu, kedepannya ia akan menjadi agent of change, pemimpin masa depan yang mampu memecahkan masalah, serta orang-orang penuh keahlian yang mampu memberikan solusi atas berbagai masalah. Oleh karenanya poin tri dharma perguruan yang kedua adalah penelitian dan pembangunan.
Penelitian dan pembanguna yang seperti apa yang mampu tergambar jika mahasiswa di batasi waktunya untuk keluar? Di disibukan dengan tugas-tugas makalah dan di jerat oleh kehadiran. Oleh karenanya penelitian yang dilakukan mahasiswa hanya sebatas penelitian teori, penelitian yang hanya di dasarkan dengan buku.
Kita tahu bahwa ilmu selalu bersifat tentative, sedangkan kehidupan itu selalu bergerak. Jika mahasiswa hanya di sibukan dengan penelitian teori maka tidak salah jika ilmu yang ia dapat juga ilmu yang teoritik, kaku dan terlalu normatife. Sebab dia tidak mengkontekskan dengan sosial. Dan untuk tri dharma yang ke tiga sudah jelas jawabanya, pengabdian kepada masyarakat hanya ada di sks terakhir yaitu KKN.
Dan itulah yang di bentuk oleh kampus dan aktifis berada di tempat yang bersebrangan. Sahabat Dul yang ikut organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ia kerap kali aktif di kegiatan di luar. Sekalipun ia juga seorang beasiawa (program beasiswa santri berprestasi)PBSB.
“bagi saya organisasi tidak pernah menghambat saya, sekalipun banyak acara. Pintar-pintar kita memanegement waktu,” ucapnya.
Sahabat Dul berpendapat, bahwa kaum aktifis mempunyai banyak kelebihan dan keuntungan. Seorang aktifis akan mendapat banyak ilmu hidup yang tidak pernah di ajarkan di dalam dunia perkuliahan. Ia juga bisa mempraktikan sebuah teori yang ia dapat dari perkuliahan.
Namun, untuk membawa citra baik para aktifis di dalam dunia kademis tidak mudah. Sahabat Dul harus berhadapan dengan anggapan lama tenang aktifis. Lewat bukti yang nyata akhirnya Sahabat Dul bisa membuktikan bahwa aktifis tidak selamanya kalah dalam akademis.
Skripsinya yang tentang aplikasi penentu awal bulan Qomariah menjaadi skipsi terbaik Universitas Islam Walisongo semarang wisuda 2019. Ia mengunakan metode perhitungan kitab Khulaso al wafiah yang begitu rumit mampu ia sederhanakan lewat perhitungan hisab urfi, taqribi, dan tahqiqi lewat smartphone kita setelah mendownload aplikasi itu di play store.
Beroganisasi tidak menghabat perkuliahan.
Semakin uang kuliah semakin di monopolikan oleh pihak universitas sebagai monopoli Pendidikan maka tidak jarang mahasiswa yang acuh tak acuh pada sebuah organisasi. Ia memilih untuk menjadi mahasiswa yang sibuknya mengerjakan makalah dan ketika tidak punya kegiataan akan sering gabut, lalu berbaring di kamar kosnya sambil men-scrol story whatsapp teman.
Namun berbeda dengan Sahabat Dul baginya organisasi adalah keluarga baru di tanah rantau, selain bisa tambah ilmu dan teman iorganisasi adalah rumah bagi Sahabat Dul. Ketika tidak ada kegiatan wajib ia akan sebisa mungkin mengikuti setiap jenis kegiatan yang diadakan oleh PMII.
Sahabat Dul mengaku dirinya masuk PMII tidak dan bukan karena siapa-siap, ia masuk karena keinginan sendiri. Yang membuat ia ingin masuk PMII ialah karena PMII begitu aktif, memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat, jiwa solidaritas yang tinggi dan saya menemukan sesuatu yang tidak saya temukan di organisasi lain.
Sebagai organisasi ekstra PMII ada untuk mengontol kebijakan yang dilakukan oleh pembuat kebijakan baik itu kampus maupun pemerintah, jadi tidak heran jika setiap sore ekstra akan membuat lingkaran-lingkaran kecil untuk membahas dan membedah kebijakan yang dirasa jauh dari kemaslahatan umum.
Saat ia masih aktif dalam kepengurusan Sahabat Dul berada di eLSaR(Lembaga Studi dan Advokasi Rayon), ia sangat gemar melakukan advokasi ke sunan kuning, terhadap orang-orang jalanan dan para pengamen. Ia juga mengadvokasi anak-anak jalanan yang berada di daerah Tawang. “Saya dan teman-teman bagi tugas, ada yang menggantikan pegerjaan mereka. Ada juga yang mengajari anak-anak belajar membaca, menulis dan mengaji,” ujarnya.
Sahabat tidak merasa bermasalah dengan aktif di organisasi, baginya tidak ada yang menghambat perkuliahan begitu juga dengan menyelesaikan skripsi. “Bagi saya skripsi bisa selesai hanya dalam waktu satu bulan, dua minggu saja saya sudah berhasil menyelesaikan tiga bab. Namun dalam bab empat saya mengalami kendala, dan itu murni karena kesalahan saya. Jadi resikonya ya saya tanggung sendiri,” jelasnya.
Tidak ada yang sia-sia ketika ikut organisasi, sebab ikut atau tidak adalah pilihan. Namun ikut organisasi memiliki banyak kelebihan sekalipun tidak menuntut kemukinan banyak resiko. “saya sangat berterimakasi kepada PMII yang telah membimbing saya, semua ini tidak akan saya dapatkan jika saya tidak ikut PMII, insyaallah jika kamu benar-benar niat untuk mengabdi untuk PMII kamu akan mendapat balasanya,”katanya.
Sahabat dul berpesan kepada kader-kader supaya tidak meninggalkan PMII dalam kondisi apapun jika kamu mampu bertahan maka kamu akan mendapatkan sesuatu yang tidak akan kamu dapatkan di tempat lain. PMII memiliki banyak farina keilmuan yang nantinya akan di butuhkan saat terjun dalam masyarakat.
Penulis : Zainul Fuad