Oleh Mega Diah Wati
Pada suasan hiruk-pikuk konflik Iran dengan Amerika Serikat (AS) sekaligus China, juga indonesia yang masih dalam konflik perdebatan isu nasional radikalismenya. Dunia kali ini heboh dan juga tegang dengan kabarnya virus Corona atau COVID-19, yang menyebar dengan cepat bahkah bisa menyebabkan kematian. Peristiwa ini menjadikan masyarakat atau para negara bahkan dunia yang positif terkena virus tersbut, berbondong-bondong untuk mengambil cepat alih mendapatkan obat penangkal atau bisa disebut dengan obat penyembuh dari penyakit Covid-19.
Dengan suasana ini pula, salah satua budayawan semarang dan penulis buku sebut saja Prie GS membuat statmen dalam status facebooknya, bahwa dengan kondisi yang seperti ini masyarakat begitu terlihat dengan mudah, apakah seorang sedang mencintai sesamanya atau mencintai kepentinganya sendiri. Hal ini juga disampaikan oleh salah satu dosen yakni Dr. Herlambang P. Wiratraman salah satu dosen Hukum Tata Negara dan HAM di salah satu Fakultas Hukum Universitas Airlangga yang begitu populer di sosial media.
Bahwasanya ia menstatmekan pandanganya dalam pandemi corona adalah krisis global kemanusiaan.dimana dalam Krisis ini membuka selubang kekuasaan, sekaligus menguji integritas dan keperpihakan pemimpinya. Dalam Peristiwa ini menurut Dr. Herlambung menyadarkan kita semua, menjadikan peradaban kemanusiaan yang baru diperlukan. Dimana perdaban ini berupaya memperkuat solidaritas sosial, politik ekologi yang menjaga hubungan alam dan manusia, serta pendayagunaan teknologi baru yang mampu menompong kehidupan pasca virus corona.
Menariknya, dalam kondisi genting pemerintah dan masyarakat menangani peristiwa ini. Beberapa perusahaan yang asal muasalnya adalah Industri teknologi, beralih pada Industri Farmasi. Dengan peristiwa ini pula kita dapat melihat mana yang berjuang mempertahankan sesama makhluknya mana pula yang mempertahankan atas dasar kepentinganya. Dalam peristiwa ini pula Presiden Joko Widodo tidak mau gerak lambat tentunya, untuk meredakan suasana ia mengungkapkan dalam konferensi pers-nya, bahwa pemerintah telah menyiapkan dua obat yang akan di pakai untuk perawatan pasien COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona SARS-C0V-2. Kedua obat itu adalah Avigan dan Klorokium. Pertimbangan presiden Joko Widodo (jokowi) menggunakan kedua obat tersebut, ia beranggapan bahwa berdasarkan hasil riset dari beberapa pengalaman negara. Presiden jokowi pun mengatakan, bahwa BUMN Farmasi ditugaskan memproduksi obat tersebut secara masal. Jokowi menyebut baru ada 5.000 unit Avigan yang sudah siap digunakan. Sedangkan sisanya sedang dalam proses pemesanan, yakni 2 juta unit Avigan dan 3juta unit Klorokium.
Diketahui para perusahaan teknologi yang beralih pada bisnis menjual masker, meneliti vaksin anti virus corona diantaranya adalah Foxconn, Sharp, Fujifilm, dan Yinghe Technology. Salah satu pihak perusahaan Foxconn dalam media sosial WeChat yang dilansir BBC, mengatakan bahwa “ upaya pencegahan adanya virus ini menyebar, semakin dini upaya kita menyelamatkan nyawa dan semakin cepat semakin baik kita bisa mengatasinya “ (19/32020).
Beberapa Industri teknologi yang ikut bermain dalam peristiwa ini, di ambil dari CNBC indonesia com diantarnya adalah :
- Foxconn
Dengan melonjaknya pasar masker membuat pabrik utam iPhone, Faxconn memutuskan beralih kepada bisnis produksi makser. Hebatnya bisnis untuk memproduksi masker perusahaan Faxcoon ini mencoba memulai dengan target dua juta per hari pada akhir bulan.
- Sharp
Perusahaan Sharp sama halnya seperti Foxcon, perusahaan asal jepang ini memutuskan untuk menggunakan pabrik TV miliknya untuk memproduksi masker bedah. Yang kemudian Sharp memanfaatkan pabrik di Osaka dengan target produksi 500 ribu masker per hari.
- Fujifilm
Salah satu perusahaan yang terkenal dalam memproduksi kamera ini pula, Fujifilm, resmi membuat obat flu bermerek Avigan, yang dinyatakan efektif melawan virus corona (COVID-19) lewat anak perusahaanya yang bernama Fujifilm Toyoma Chemical. Avigan ini sebenarnya sudah dikembangkan sejak tahun 2014 lalu, dimana obat ini (Favipiravir) atau Avigan memproduksi masal untuk dikirim ke Guinea, Afrika Barat guna membantu menangani virus Ebola pada tahun 2016 lalu. Namun Avigan ini akan baru bisa disetuju penggunaanya secara resmi pada bulan mei 2020 until melawan corona.
- Yinghe Technology
dan yang terakhir dunia perusahaan ini, Produsen baterai lithium, Yinghe Technology mengumumkan bahwa mereka telah mengembangkan dan memproduksi mesin terintegritas otomatis untuk menghasilkan masker. Perusahaan Yinghe ini pula dikabarkan setuju untuk memasukan 100 alat pada pemerintah kota Shenzhen.
Dengan terjadinya peristiwa wabah ini, dapat kita petik bahwa segala sesuatu peristiwa bisa jadi kemungkinan besar untuk kemaslahatan bersama, bisa jadi pula kemanfaatkan atas dasar kelompok dan individual. Wabah penyakit ini muncul tentu menjadikan para penjual toko-toko kecil maupun besar minimnya pembeli karena dampak Lockdown, serta minimnya penghasilan para pedagang jalanan menjadi menurun karena beberapa masyarakat enggan untuk keluar.
Hal tersebut tentu menjadikan para industri teknologi menjadi lemah pula, yang kemudian berbondong-bondong ria untuk memanfaatkan momen langka tersebut. peristiwa ini tentu menjadikan sebuah gambaran krisis global kemanusiaan, yang perlu kiranya di perhatikan dan terus di perhatikan secara merata, tanpa pandang memandang suku, ras agama dan juga kekuasaan. Jika di kaitkan dari sebuah teori Angsa Hitam ( Black Swan Theory). Yang di bawakan oleh Nassim Nicholas Taleb pada 2007. Dengan munculnya ini Black Swan Theory , taleb mencoba menjelaskan bahwa sebuah peristiwa yang amat mengejutkan (angsa hitam) berpengaruh besar, dan juga setelah munculnya akan menyebabkan manusia berfikir jauh ke belakang, terhadap sebab musabab kejadian atas peristiwa tersebut.
Peristiwa itu pula persis dengan adanya sebuah kejadian fenomena seperti munculnya internet, Virus juga peristiwa-peristiwa yang langka. Teori Blac Swan secara singkat bisa diartikan sebagai “1 dari 10” maksudnya adalah di balik semua yang berjalan beriringan sama, pasti ada sesuatu hal yang memecah kesamaan tersebut. Artinya teori ini bisa memutus alur sebuah pemikiran atau logika yang mengambil secara konklusi, berdasarkan hal-hal yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Namun peristiwa ini bisa juga di langsir dari salah satu filsuf pos-modernisme seperti Jecques Derrida, statmen ia begitu menohok dan sesuai dengan realitas sekarang ini. Bahwa suatu fenomena tidak dapat dilihat atau disimpulkan secara tunggal, melainkan selalu terbuka simpulan lainya dan mempertimbangkan dari satu pertiwa satu dan lainya yang sedang terjadi. Artinya kita tidak bisa menyimpulkan satu dasar pemahaman kita sendiri, namun perlu kiranya juga kita menggabungkan dari satu peristiwa atau istilah lainya yang sedang terjadi. Menjadikan polapikir terbuka lebar, bebas pemahaman dan juga tidak menjustifikasina bahwa ini adalah kebenaran, melainkan ini adalah bagian dari sebuah gambaran opini yang sedang berjalan dari isi pemikiran manusia atas penglihatanya.