Judul : Islam Agama Protes
Penulis : Dr. Ali Syariati
Penerbit : Pribumi Publishing Yogyakarta
Tahun Terbit : Juli, 2017
Resentator : Adetya Pramandira
Pemahaman kita terhadap agama kita telah diubah, dan Islam telah diajarkan kepada kita secara terbalik
–Dr. Ali Syariati-
Tidak terbantahkan, bahwa segala sesuatu yang telah berlalu tidak dapat diulang kembali. Sepersekian detik setelah saya menulis ini pun tidak dapat saya ulangi dengan gaya yang sama dan suasana yang sama. Pun dengan sejarah di masa lalu, kita tidak bisa kembali kepada memori dimana Islam mengalami kejayaan “The Golden Ages Of Islam” dengan khalifah yang sama dan masyarakat yang sama. Namun, tidak berarti harus pesimis, kejayaan itu dapat kita ulangi meski tidak dengan khalifah yang sama ataupun masyarakat yang sama, dengan cara berkaca dari sejarah masa lalu, setidaknya kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari sebuah sejarah. Meminjam kata seorang novelis, Boy Candra, “Masa lalu adalah kenangan yang tidak perlu dibuang, karena dengannya kita dapat menjelajah masa depan dengan sebaik-baiknya”, begitu kiranya.
Bertalian dengan hal tersebut, Ali Syariati menandaskan bahwa sejarah tidak melulu tentang hari kemarin.“Tomorrow’s History” (Sejarah hari esok) adalah sebuah ungkapan baru yang revolusioner. Dalam kandungan dan ruhnya sejarah adalah sesuatu yang mencerminkan masa lalu. Namun, dunia sekarang perlu menuliskan sejarah akan hari esok, atau setidaknya memikirkan hari esok.
Sejarah akan bernilai hanya jika kita menulis sejarah hari esok. Jika sejarah tidak membantu kita untuk mengetahui hari esok atau sekurang-kurangnyat entang manusia hari ini atau tentang manusia yang akan muncul, ini akan sia-sia.(Hlm. 2)
Memahamai manusia dimasa lalu menjadi titik awal dalam memahami diri kita dan masa depan kita. Tidak boleh lupa dalam tiap-tiap peradaban, tiap-tiap masyarakat dan tiap-tiap zaman pasti berbeda dengan kehidupan kita saat ini, terkadang apa yang kita butuhkan saat ini tidak pernah ada di masa lalu. Tiap-tiap periode memiliki jiwa pemikiran dan berbagai kecenderungan yang khusus dan berbeda dalam tiap masanya.
Agama, sebagai sesuatu yang lahir dimasa lalu tidak lantas kemudian berbeda makna dan tujuan dilahirkannya. Dalam agama-agama lain orang dapat mengatakan bahwa pasca meninggalnya nabi-nabi mereka, orang beriman telah menggunakan pakaian secara terbalik. Begitu berbeda dengan Islam.
Namun dalam Islam, orang telah mengganti pakaian menjadi mantel bulu domba dan mengenakannya secara terbalik pula. Ini menunjukan kontradiksi yang sangat jelas antara keelokannya dan keburukannya. Islam yang seharusnya sebagai agama keindahan dibalik dengan kemasan luar sebagai sesuatu yang sangat mengerikan sehingga membuat orang takut untuk mendekatinya. (Hlm. 25)
Begitulah wajah Islam saat ini, perlu kita amini argumen Ali Syariati bahwa agama Islam memang berada jauh dari misinya di turunkan. Adagium Islam agama pembebasan serasa hilang dalam deru perselisihan antar sesama dan penindasan, ruh Islam sebagai agama protes dari berbagai bentuk ketidakadilan serasa tak bernyawa.
Tidak ada agama dalam sejarah manusia yang telah menyaksikan pemisahan yang lebih besar antara kenyataan sekarang dan identitas aslinya, selain dari Islam.(Hlm. 24)
Ali Syariati menjelaskan dengan gamblang bahwa umat Islam telah dininabobokkan dengan konsep penantian Juru Selamat, Imam Mahdi. Konsep penantian yang dibangun oleh sebagian umat teramat negative, menjauhkan nilai Islam sebagai agama yang memperjuangkan kebenaran. Korupsi, kolusi, nepotisme yang menjamur di berbagai tempat menjadi persoalan yang wajar dengan dalih “sedang menunggu juru selamat’ dan juru selamat pasti akan datang untuk membebaskan. Tak terkecuali persoalan saudara sesame muslim yang kelaparan tertindas dan mengalami ketidakadilan bukanlah menjadi persoalan bagi sebagian mereka, karena “Juru Selamatlah” yang akan membebaskan mereka.
Uraian diatas adalah sepenggal dari isi buku yang luar biasa. Gaya penuturan yang memikat dengan analisis mendalam khas Ali Syariati, mampu membuka pandangan buram tentang Islam selama beberapa dekade terakhir.