Oleh: Akhmad Miftakhurrozaq
PMII merupakan insan pergerakan yang selalu berusaha menyuarakan dan peduli terhadap ketidak adilan dalam kehidupan kemanusiaan. Di zaman sekarang terlepas dari keruetan masalah yang dialami bangsa ini, dalam diri kader-kader PMII yang lambat laun nilai-nilai sepiritualitas kader semakin berkurang dengan beriringan perkembangan zaman yang semakin maju dengan pesatnya. Lebih mementingkan masalah keduniawian dengan meninggalkan masalah sepirualitas, dengan ini penulis ingin menumbuhkan semangat berproses di PMII tanpa meninggalkan nilai sepiritulitas dengan menumbuhakan konsep idologo aswaja dalam diri roh setiap kader PMII sebagai arah gerakan tujuan PMII.
Sebelum panjang lebar menjelaskan ASWAJA dengan problem kekinian dalam tubuh PMII, yang tidak terlepas dengan Nahdaltul Ulama’ yang turut andil dalam lahirnya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Dengan demikian ASWAJA sebagai aliran atau paham dalam masalah teologi warga NU sama halnya dengan ideologi pemikiran arah gerakan PMII. Pada dasarnya manusia membutuhkan pijakan yang ia gunakan sebagaipijakan keyakinannya. Menyikapi keadaan ini kader PMII harus bersikap bijaksana dan menguju kebenaran dengan kecocokan dengan Al Qur’an, Hadits dan sunnah sahabatnya.
Ahlusunnah wal jamaah bisa dikatakan ASWAJA berasal dari kata Sunnah yang berarti jalan dan kata Jamaah yang berarti golongan banyak. Maka penegertian dari Ahlusunnah Waljamaah adalah golongan-golongan mukmin yang mengikuti sunnah Rosullah SAW dan sunnah para sahabatnya. Ahlussunnah Waljamah merupakan golongan yang mengikuti Imam Al Asy’ari yakni orang yang merumuskan akidah ini, dan imam Al Maturidi dalam permasalahan akidah, sedangkan dalam hukum fiqih menganut madzhab empat yakni Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam syafi’i dan Imam Maliki , dalam tasawuf berkiblat kepada Imam Al-Ghazali dan Al-Junaidi.(Modul Mapaba Rayon Syariah.2017:6-7)
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang menganut paham ASWAJA yang seharusnya berpegangan teguh terhadap pemikiran-pemikiran tersebut sekarang sudah bergeser. Karena, dengan kegiatan-kegiatan PMII yang telah penulis lakukan kesadaran dari kader-kader PMII tentang hal sepirualitas, contohnya dalam hal ibadah. Dalam konteks dekonstruksi teologi ajara ASWAJA harus ditanamkan kembali terhadap seluruh kader PMII. Kemodertan ASWAJA tercermin pada wacana berfikir yang selalu menjembatani antara wahyu dan rasio. Mereflesikan kembali ciri ASWAJA yang memeiliki tiga ciri khusus pertama, mereka adalah kelompok mayoritas pada setiap masa. Kedua, berpegang teguh kepada ajaran Rosul dan sahabatnya. Ketiga, tidak mengkafirkan orang islam karena berbuat dosa.
ASWAJA sebagai manhaj fikr memiliki tiga ciri utama ajaran yang selalu diajarkan oleh Rosulullah dan para sahabatnya. At tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang tidak ekstrim kiri maupun kanan, tapi tidak menutup kemungkinan arah gerakan PMII yang tidak memihak ekstrimisme kanan (radikalisme) atau ekstrimisme kiri (liberalisme) dengan tujuan menegembalikan keadan yang bergeser menjadi kedaan yang netral.
Tawazun (netral) berkaitan dengan sikap mereka dalam politik ASWAJA tidak selalu membenarkan kelompok garis keras. Akan tetapi jika berhadapan dengan penguasa yang alim, PMII tidak segan mengambil jarak dengan mengadakan aliansi. Dalam kata lain, suatu saat bisa akomodatif dan suatu saat bisa lebih dari itu, meskipun dalam keadaan tawazun.
Ta’adud (keseimbangan) ASWAJA terefleksikan pada kiprah mereka dalam kehidupan sosial, cara mereka kehidupan sosial, cara meraka bergaul serta kondisi sosial budaya mereka. Begitu pula PMII dalam bertoleran dalam pergaulan dengan sesama muslim yang tidak mengkafirkan ahlul qiblat serta senantiasa bertasamuh terhdap sesama manusia.
PMII merupakan organisasi NU yang terus bercita-cita mewujudkan kedepan menjadilebih baik. Untuk menyusun secara konsepsional dari fikroh keharokah maka basis argumentasinya harus melandasi pada akar-akar historis NU dengan menyusun secara sitematis dan konsepsional gagasan-gagasan baru yang bersikap kritis dan kontektual diantaranya dengan menggerakkan strategis keASWAJAan, tradisi nusantara, menggerakkan kaum mustadha’fin, menggerakkan pribumisasi islam dan mengerakan semangat kebangsaan.
Pada zaman era melenial sekarang banyak kader PMII yang tidak tau arah gerakan yang sesungguhnya, sehingga banyak kader yang kebingungan untuk mengarahkan arah gerak mereka. Sema sepertihal sepiritualitas kader yang seharusnya memegang teguh pedoman ASWAJA dalam hal berfikir, berdzikir dan beramal sholeh. Hal semacam ini juga pengaruh dari pengurus rayon selaku pengkader yang kurang menanamkan roh sepirualitas kader PMII di era melenial sekarang ini.
Dekonstruksi (penataan ulang) ideologi ASWAJA kembali tertanam dalam diri roh kader PMII menurut penulis dengan cara awal masuknya kader PMII saat MAPABA di kegiatan tersebut kader diarahkan untuk sebisa mungkin mengetahui apa itu ASWAJA dan bagaimana pelaksanaanya paham tersebut diera melenial sekarang ini. Dan pasca MAPABA diadakannya diskusi-diskusi, sekolah ke ASWAJAan, untuk menguatkan akar paham ASWAJA kader PMII diarah gerakkannya.
Sikap Marjinal PMII harus senantiasa diiringi dengan roh sepirualitas, dengan dengan teologi ASWAJA yang harus ditanamka terhadap setiap kader dan berbagai macam kegiatan PMII dalam arah pergerakannya. Dengan danya tradisi ASWAJA dari madzhab menjadi manhaj al fikr sebenarnya memberikan udara segar bagi kader PMII mengapa? , karena dengan demikian nantinya kita akan dapat menghasilkan pandangan-pandangan yang tentu relevan dengan keadaan yang sedang kita alami pada masa sekarang ini, bukan hanya hal itu hal ini membuka pintu kreativitas setiap kader. Tapi kita perlu menyadari dengan transisi ini, kader dituntut untuk lebih giat termotivasi dalam usaha arah gerakan PMII.
Berproses dengan cinta, agar nantinya apa yang kita hasilkan benar-benar membawa kemaslahatan bagi seluruh umat. Dengan mengubah pola pikir kecenderungan rasionlis kepada pemikiran tradisionalis dengan berpegang teguh pada sunnah Nabi. ASWAJA dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya kader PMII mampu tampil sebagai kader yang berkarakter, lentur, moderat dan fleksibel.
Dari sikap tersebut diharapkan kader PMII mendekskontruksi teologi ASWAJA sebagai manhaj fikr wal harokah sebagai arah gerakan PMII dizaman melenial sekarang. Sikap fleksibel mengantarkan arah gerakan yang dapat diterima oleh mayoritas umat islam di Indonesia.
“ Meskipun tidak ada jalan, lalui saja .. karena suatu saat kalian pasti akan menemukan jalan walaupun seujung tombak. Karena keberhasilan diperuntukan bagi dia yang siap menerimanya” SALAM PERGERAKAN !!!
*penulis merupakan nominator artikel 5 terbaik PKD Se PMII Rayon Syari’ah*