Oleh : Abdullah Faiz
Jakarta dengan dinginnya malam usai grimis ,gemuruh tak jelas bunyi radio bus way malam ini mengajak aku untuk bercerita tentang rumitnya urusanku. ketika jalanan aspal basah mengilaukan lampu merkuri berwarna kuning. Entahlah di tengah kekusutan ibu kota masih juga aku temukan indahnya cahaya di jalanan. syeoookkkk……..!! suara ban mobil pada genangan air menyadarkanku dari lamunan. Aku baru sadar bahwa barusan aku sedang melamun ,biasanya aku melamun di tempat yang sepi dan tidak ada satu orangpun di hadapanku, bisa dibilang saat di WC .
“mas turun dimana…?”sontak pria paruh baya bertanya padaku
Ya ampuuuuun..!!!! aku tengok kanan kiriku ternyata aku adalah penumpang terakhir.
“turun dimana aja mas”. balasku kepadanya dengan nada cuek dan gugup. Pikiranku sudah gyambyar dengan lamunanku tadi.
“kau tau ..!!! ini Jakarta bung”suara keras dari pak sopir di depan dengan nada sedikit emosi.
mungkin dia kesal dengan jawaabanku yg cukup simple. dalam hati aku juga tau pak ini Jakarta ,siapa bilang ini mekkah.
”ya sudah turunkan aku di halte 22 Koja dekat Islamic sentre“. balasku dengan santai.
Asap jagung bakar pangkalan menyerbak di jalanan koja ,aku tau nama penjual itu, namanya Pak Kasman. Cuma tau dari grobaknya (penjual jagung bakar pak kasman). Nggak pernah kenalan sih, masih di Antara asap asap jagung bakar ku percepat berjalan sembari merapatkan kerah jaket dan meninggikan pundak . Saat itu setiap dengus nafasku seperti berasap ,samping kanan kiri banyak café yg ramai anak muda tongkrongan, bercanda bersama, dikemas dengan gitar dan lagu romance de amor malam ini, denting gitar tunggal klasik itu menghibur mereka ,katanya sih mereka adalah sekelompok anak bangsawan yg kuliah di UIN Jakarta. Mereka disini cuma sedang menikmati malam malamnya saja.
Tentu mendengar itu aku Cuma senyum senyum saja dan membanyangkan betapa engkau tidak akan setuju.entahlah kalo didalamnya mereka juga diskusi kecil kecilan.Teringat dulu masa masa dijalanan bersama kawan kawan aktifis kampus setidaknya aku masih bisa bayar kopi hitam dan gorengan pisang di kantin samping gedung Fakultas Ekonomi.
Malam itu dulu sekali kami pernah berdiskusi kecil bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua sudah diatur oleh sang pencipta. Waktu itu kiriman uang UKT dari orang tuaku kampong telat sekali, aku tak banyak pikir, demi melanjutkan cita-citaku aku mencai jalan keluar.Dan kudapati pekerjaan cuci piring di salah satu rumah makan deket kampus ,entahlah tuhan berkata lain, aku dipaksa untuk berhenti sedari mungkin dari kuliahku. usaha yang aku jalani dengan bekerja sebagai buruh cuci piring demi melanjutkan studiku tidak berjalan lama. Aku di pecat dari pekerjaanku cuma karena memecahkan piring yang tak begitu berharga bagiku. Orang tuaku sudah tidak mampu membayar UKT ku karena kebutuhan ekonomi yang begitu mendesak.
Sebenarnya semua jalan sudah kutempuh. Sedari dini aku melakukan audiensi kepada pihak birokrat karena banding yang aku ajukan tak di hiraukan. Apa sebenarnya yang menjadi tolok ukur pihak birokrat sehingga hanya beberapa saja yang di kabulkan bandingnya. Padahal orang tuaku hanya sebagai buruh tani yang mengandalkan panen 3 bulan sekali untuk membiayaiku studi. Mereka merasa keberatan sejak awal dengan biaya studikuyang begitu tinggi. Namun aku tetap bersih kukuh untuk melanjutkan dan mengatakan akan mencari jalan keluar nanti sedari berjalan kataku.
Andaikan dulu hpku sudah canggih mungkin kabar beasiswa akan kuambil sejak awal masuk tentang pendaftaran bidikmisi. orang orang menyebutnya ganjal lemari mungkin lebih terhormat ganjal lemari di bandingkan hpku.nokia 1600 tidak bisa buat apa-apa selain SMS dan telfon.
***
“Azaaaaam banguuuuun…….” Ceteluk terdengar suara panggilan perhatian ibu kepada anak disamping kontrakan sebelah tempatku tinggal.
“Jam berapa ini……………?. sekolah nak,jangan malas, mau jadi apa kaunanti ..?”
“kemarin sudah nggak berangkat …..jangan mbolosss lagi..”teriakan ibu tetangga.
Dalam kurun sepekan, aku merantau di ibu kota sebagai pengangguran yang hanya makan dan tidur. karena sulitnya mencari kerja di kota kejam seperti jakarta ini. Bagi diriku pendidikan memang sangatlah penting untuk menopang seseorang dalam bekerja. Kebodohan akan menjadi dentuman bagi diri seseorang tersebut. ijazah sangatlah berharga disini. Aku merasakan sendiri bagaimana sulitnya mencari oekerjaan di kota besar seperti jakarta tanpa mempunyai se lembar ijazah pangkat S1. Seorang pekerja juru ketik di sebuah daeler mobil saja mereka menyertai dengan syarat ijazah S1 untuk bisa masuk di perusahaannya. Apalah aku yang hanya luntang lantung kesana kemari tak tentu tujuan kemana ,setiap jam dinding menunjukkan 07:00 mesti terdengar teriakan ibu tetanggaku membangunkan anaknya azam untuk berangkat sekolah .
“Iyaaa…buu bentar lagiii…!!!! “ dengan suara malas anak itu menyaut panggilan ibunya.
“azam berangkat kok…..kalau udah bangun…..”
Azam adalah anak yg pemalas, ayahnya anggota DPR RI fraksi PDIP. Dia hidup berkecukupan ,sekarang sedang duduk di SMP kelas IX . kata tetangga sebelah, sebenarnya azam tidak pernah naik kelas ,namun karena ayahnya anggota dewan lantas tetap di naikkan karena kepala sekolahnya teman baik ayahnya.
Sepintas terfikir dalam benak ku apakah banyak orang yang tidak bersyukur dengan nikmat yang diberikan tuhan untuk bisa belajar di bangku sekolah dengan kebutuhan keluarga yang berkecukupan. Apakah mereka tidak melihat di luar sana masih banyak anak anak seumuran azam yang nggak sampai tamat sekolah kerana orang tuanya ekonomi rendah.
“aghhhh…..lagi lagi aku tersindir dengan pikiranku sendiri. Andaikan aku anak DPR seperti Azam, mungkin aku sudah kuliyah lagi. Dan memanfaatkan biaya dari orang tua sebaik mungkin. jadi ingat emak dikampung huppzz…!!!emak pernah bilang.
“nak…. kuliyah itu hanya buat orang yang punya banyak duit..”
Tapi kenapa mereka yang berduit malah menyianyiakan kesempatan ini,t erkadang aku merasa hidup ini memang tidak adil. Benar kata kawan kawan aktifis kampusku di satu semester semasa aku menjajaki bangku perkuliahan. “hmmm…dalam hidup itu tidak ada yang tiba tiba, mesti dari dulunya sudah ada geliatnya, banyak orang menyangka bahwa sangat susah menjalani nasib itu ”Pesan seniorku saat aku ikut pelatihan di organisasi kala itu.
Padahal mungkin ,kebutuhan orang hidup ya Cuma makan ,minum dan beberapa hal lain sekadarnya ,apa lagi coba…?
Menurut nossi temenku, kebutuhan hidup ya makan minum,dan bernafas ,udah itu aja mudahkan…?. Artinya orang yang sedang menjalani nasib sebenarnya sedang berproses untuk menuju kesuksesan ,sebenarnya dalam denyut nadinya ia sudah hidup berkecukupan, bagaimana kitanya saja, mau bersyukur apa tidak.
Makan yang aneh aneh ,berfoya apalagi yang mahal mahal ,sebetulnya Cuma khayalan manusia bahwa yang berlimpah dan gemebyar itu yang di butuhkan dunia.
Iya juga ya..?saya jadi teringat kata kata guruku dulu,bahwa sarapan pun sebenarnya juga Cuma khayalan manusia ,padahal sarapan itu tidak wajib sama halnya makan tiga kali sehari adalah khayalan belaka ,yang bijak adalah makan dikala lapar dan berhenti menjelang kenyang.artinya tidak ada aturan makan yang dikonsep dalam waktu ,brgitu pula dengan tempat tempat sekolahan ,perkantoran dan perangkat perangkatnya itu hanyalah khayalan manusia, yang bijak adalah belajar dikala bodoh ,kerja dikala butuh makan dsb.tidak ada aturan belajar harus di sekolahan ,karena ukuran materi manusia berbeda beda.
Negara menginginkan anak mudanya aktif kreatif,berpendidikan,tapi mengapa mereka merampas hak kami ,sebagai orang miskin kami sulit untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi entahlaaaahh…..!!! itu Cuma sekedar khayalan manusia ,belajar tidak terpaku pada tempat dan bijak pada almamater. Namakanlah itu soal keliru cara pandang .
Ada juga keliru yang lain jauh sebelum pak jokowi di tuduh PKI dengan sejepret poto DN Aidit berpidato dan di bawahnya ada beliau .Yah itulah cara pandang yg berbeda ,boleh saja sang penuduh ditelusuri, dulu kuliah di mana …? lulus atau tidak…? Kok alur cara pandangnya seperti itu. Bila ditemukan keluaran bangku sekolah, berarti sekolah telah gagal mendidik anak bangsa. Mereka hanya bisa menjadi produsen hoaxs tanpa memiliki pendidikan karakter yang baik.
Menurutku keliru cara pandang itu. Soal nasib anak muda kita yang di inginkan dari negeri itu orang yang pintar atau orang yang bijak…?. Orang yang keluar dari perguruan tinggi itu jelas banyak yang pintar tapi tidak ada koruptor yang bodoh.
Mbah sujiwo tejo pernah yang berkata #JANCUK .ada aturan..?”fakir miskin dan anak anak jalanan di pelihara Negara “tapi apa dasar itu di pakai?. Orang bilang Negara kita itu kaya tongkat kayu dan batu jadi tanaman negeri gemah ripah loh jinawi. semoga orang itu tidak ngelindur.
Gobrak>>> suara gebrakan meja terdengar dari sebalah kamar kontrakanku. Sehingga menggugahku dari lamunanku seusai berfikir tentang rasa bersyukur.
“kamu dibilangin orang tua susah sekali ya nak”. Ibu itu menggebrak meja dikamar anaknya, mungkin Karena azam tak kunjung bangun dari tempat tidurnya.
Jam menunjukan pukul 07.15 akupun bergegas ke kamar mandi untuk melanjutkan sehari-hariku untuk menyusuri kejamnya ibu kota sembari menyodorkan berkas lamaranku ke perusahaan dan toko yang kuharapkan bisa menerimaku untuk mencari sesuap nasi di kota ini.