Oleh: Yudin_Salimmm

Pergerakan mahasiswa islam indonesia ( PMII ) tidak lagi seperti tatkala masih berusia muda yang kebanyakan orang giat untuk mencari pengetahuan dalam usahanya mencari jati diri. Namun dilihat semakin kesini gerakan PMII nyaris tak lagi produktif meskipun masih bisa memberi manfaat.

Visi misinya baik. Namun, ide-ide kreatif kader juga perlu diperhatikan dan di transformasikan dengan menjaga marwah idealis kader organisasi sendiri.

Sudah saatnya PMII bangit dari keterpurukan tidurnya, memunculkan marwah gerakannya. Saatnya revitalisasi gerakan PMII di munculkan. Jangan hanya sebagai status media sosial dengan serempak mengatakan “sudah saatnya revitalisasi gerakan PMII”. Namun tak memberikan solusi.

Sedangkan sumber daya manusia kader masih nol. Butuh kompresan yang serius untuk membuat kualitas organisasi PMII menjadi lebih progres. Bagaimana jika mereka di saingi oleh organisasi sebelah dengan kualitas kader yang mumpuni?

Ada dua faktor menurut penulis untuk mendongkrak gerekan revitalisasi ini. pertama gerakan internal. Gerakan internal PMII sendiri yang dimaksud adalah tentang kaderisasi. Kaderisasi internal PMII sendiri menjadi hal dasar yang sangat penting, sebab kader adalah hal utama. Fungsi kaderisasi sendiri sebagai pencetak SDM yang layak untuk memperjuangkan roda organisasi. Kader tak hanya ikut-ikutan kesana kemari tanpa mau ikut andil belajar di dalamnya.

disini pengurus sebagai subjek juga berperan penting untuk memahamkan gerakan revitalisasi kepada objek yaitu kader. Intinya, faktor kaderisasi internal menjadi media kongkrit dari pengurus kepada kader untuk bisa mengasah skill maupun ranah ideologi kader agar bisa tercipta.

Faktor kedua. Faktor eksternal PMII sendiri yang menyandang mandat sosial di ranah pergerakan nasional. Sejarahnya gerakan mahasiswa menjadi yang tedepan dalam perubahan sosial.

Gerakan mahasiswa sekarang dirasa hanya sebagai mobilisator dalam kancah politik praktis. Belum mempunyai visi bersama untuk membangun perubahan di tengah masyarakat. Mereka lebih disibukkan dengan isu-isu yang bersifat pragmatis. Dari sini revitalisasi PMII saaatnya bangkit agar dapat menjawab problem sosial yang tepat sasaran.

Harapannya, revitalisasi gerakan PMII juga di imbangi dengan pengembangan kualitas intelektual kader. gerakanya akan tampak beda dengan gerakan organisasi lain selain PMII.

Perlu Bukti Kongkrit

Gerakan revitalisasi membutuhkan bukti kongkrit yang bisa dirasakan oleh masyarakat. Adanya niat baik untuk merubah sejauh mana gerakan ini bertranformasi. perlunya ditanamkan kepda diri pribadi untuk mengakui bahwa dirinya adalah pejuang pergerakan.

Mengutip dari pemikiran sahabat Anna Zakiya seorang aktivis lingkar pena, PMII UIN Jogja mengatakan bahwa transformasi gerakan bisa ditempuh dengan beberapa hal berikut.

Pertama membentuk diri di berbagai prestasi baik akademik dan non akademik. Menurutnya seorang aktivis tanpa mempunyai prestasi sama saja nol. Dengan di imbangi suara keadilannya, pada dasarnya tugas utama mahasiswa adalah beajar. Ketika bergerak mempunyai lndasan ideologo yang teratur.

Kedua skill. Inilah yang terkadang dilupakan, beberapa aktivis pergerakan yang hanya sibuk memupuk intelektual tanpa melatih skill yang ada. Padahal, untuk dapat terjun langsung ke masyarakat sangatlah dibutuhkan skill, daya kreatif, daya pikir dan kemampuan bercakap yang sudah terlatih sejak ia menginjakkan kaki di ruang lingkup organisasi.

Ketiga literasi. Dunia literasi sangat bepengaruh juga terhadap gerakan mahasiswa. Dengan mereka menulis opininya yang di publikasikan di koran-koran. Atau media mainstrem yang dibaca khalayak umum. Ini menjadi pengaruh yang begitu pasif. Untuk mengetahui seberapa tinggi intelektual dan kualitas pemikiran mahasiswa itu sendiri.

Dengan skill, prestasi, dan literasi diarasa cukup untuk membuat gebrakan baru terlepas dari kepentingan pribadi. Dan dengan niatan baik untuk merubah gerakan PMII yang lebih progresif.

*penulis merupakan kader PMII Rayon Syari’ah*